Oleh: Irfanty Mufidah/13444
Pertanian
pada masyarakat perkotaan kini terkendala dengan lahan. Lahan di perkotaan
lebih diutamakan untuk dibangun perumahan-perumahan dan gedung kantor daripada
untuk lahan pertanian. Selain itu masyarakat Indonesia juga memiliki sistem
warisan untuk membagi sama rata lahan yang dimiliki sesuai jumlah anaknya. Hal ini
menyebabkan semakin menyempitnya luasan lahan untuk pertanian dari tahun-tahun.
Menyempitnya lahan khusunya pada masyarakat perkotaan menyebabkan berkurangnya
ketertarikan masyarakat perkotaan untuk mengenal budidaya tanaman.
Seiring
berkembangnya teknologi dan zaman, mulailah dikenal pola tanam keatas yaitu vertikultur.
Sesuai dengan asal katanya dari bahasa
Inggris, yaitu vertical dan culture, maka vertikultur
adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau
bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem
budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini
merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah dengan lahan
terbatas seperti pada lahan masyarakat perkotaan. Misalnya,
lahan 2 meter mungkin hanya bisa untuk
menanam 10 batang tanaman, dengan sistem vertikal
bisa untuk 40 batang tanaman.
Vertikultur
diserap dari bahasa Inggris yang berasal dari kata vertical dan culture yang
artinya, teknik budidaya tanaman secara vertikal diruang sempit dengan
memanfaatkan bidang sebagai tempat bercocok tanam, sehingga penanamannya
menggunakan sistem budidaya pertanian secara bertingkat baik indoor
maupun outdoor. Tujuan utama aplikasi teknik vertikultur adalah
memanfaatkan lahan sempit seoptimal mungkin.
sumber gambar: http://lirikpertaniandunia.blogspot.com/
Cara
menanam dengan vertikultur ini bisa dengan memanfaatkan barang-barang bekas
sebagai tempat tanamnya seperti botol bekas dan paralon. Untuk model dan bahan
dalam vertikultur ini bisa bebas sesuai dengan kreasi kita. Vertikultur sering
pula dijadikan sekaligus untuk menghias halaman pekarangan rumah karena bentuk
dan bahannya dapat dikreasikan. Persyaratan vertikultur
adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan. Tanaman yang akan
ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai
ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar pendek. Tanaman sayuran yang
sering dibudidayakan secara vertikultur antara lain selada, kangkung,
bayam, pakcoy, caisim, katuk, kemangi, tomat, pare, kacang panjang,
mentimun dan tanaman sayuran daun lainnya.
1. Pembuatan
Wadah Tanam Vertikultur
Pembuatan
wadah tanam vertikultur disini bisa bebas bermacam-macam sesuai dengan kreasi
kita. Contohnya dapat menggunakan botol bekas yang disusun vertikal pada sebuah
dinding. Botol bekas dipotong menjadi 2 bagian atas dan bawah kemudian
dihubungkan dengan tali antar masing-masng botol. kemudian digantungkan pada
sebuah dinding. Untuk jalan penyaluran airnya dibuat lubang pada bagian bawah agar
air tersebut nantinya akan menetes ke bagian bawah yang lain.
2. Pengadaan
Media Tanam
Media
tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk
menunjang perakaran. Dari media tanam inilah tanaman menyerap makanan
berupa unsur hara melalui akarnya. Media tanam yang digunakan bisa dengan
campuran antara tanah, pupuk kompos, dan sekam dengan
perbandingan 1:1:1. Setelah semua bahan
terkumpul, dilakukan pencampuran hingga merata.
Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk
mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman
dengan prinsip pertukaran kation. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam
tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan
menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman. Media tanam di dalam
bambu diusahakan agar tidak terlalu padat
supaya air mudah mengalir, juga supaya akar tanaman
tidak kesulitan “bernafas”, dan tidak terlalu renggang agar ada keleluasaan
dalam mempertahankan air dan menjaga kelembaban.
3. Persiapan
Bibit Tanaman dan Penanaman
Seperti
proses budidaya pada umumnya, sebelum dipindahkan ke lahan atau tempat tanamnya
dipersiapkan terlebih dahulu benihnya. Benih dapat disemai di tempat yang sudah
disediakan seperti nampan maupun box. Ketika tanaman sudah mencapai umur siap
dipindahkan, pada dasarnya ada tiga tahap dalam
proses ini, yaitu persemaian, pemindahan, dan
penanaman. Seperti halnya menanam, menyemaikan benih juga memerlukan wadah dan
media tanam. Wadah bisa apa saja sepanjang dapat diisi media tanam seperlunya
dan memiliki lubang di bagian bawah untuk
mengeluarkan kelebihan air. Ssetelah itu tanaman yang sudah
siap dipindahkan tersebut diletakkan satu persatu pada tempat yang telah dibuat
tadi. Semua bagian akar dari setiap bibit harus masuk ke dalam tanah.
4. Pemeliharaan
tanaman
Proses
selanjutnya pada vertikultur ini umumnya sama seperti proses budidaya tanaman
lain pada umumnya yaitu perawatan. Perawatan disini antara lain seperti
pemupukan dan pengendalian hama penyakit. Agar mendapatkan hasil yang optimal,
pupuk yang digunakan sebaiknya menggunakan pupuk organik misalnya pupuk kompos,
pupuk kandang, atau pupuk kobashi.
Limbah
dapur atau daun-daun kering bisa
dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk bokashi. Pupuk
bokashi adalah hasil fermentasi bahan
organik (jerami, sampah organik, pupuk kandang,
dan lain-lain) dengan teknologi EM
yang dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah
dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Bokashi
dapat dibuat dalam beberapa hari dan
bisa langsung digunakan sebagai pupuk.
Saat
ini masyarakat mulai banyak mempertimbangkan
mengkonsumsi hasil panen yang Iebih sehat
cara penanamannya, yaitu menggunakan pupuk dan
pengendalian hama alami, meskipun harga produk tersebut lebih mahal. Saran
untuk berkebun di rumah sebaiknya tidak menggunakan bahan
kimia. Ditekankan pula jangan menggunakan furadan
untuk membunuh hama yang ada di dalam tanah.
Penggunaan furadan bisa mengurangi tingkat kesuburan tanah dan juga
mencemari tanaman kurang lebih selama sebulan.
Jadi, sebaiknya untuk tanaman sayuran tidak perlu digunakan
furadan.
5. Pemanenan
Pemanenan
sayuran biasanya dilakukan dengan sistem
cabut akar (sawi, bayam, seledri, kemangi,
selada, kangkung dan sebagainya). Apabila
kita punya tanaman sendiri dan dikonsumsi sendiri akan lebih menghemat
apabila panen dilakukan dengan mengambil daunnya saja. Dengan cara
tersebut tanaman sayuran bisa bertahan lebih lama dan bisa panen
berulang-ulang.
Sumber gambar: http://mewalik-jaya.blogspot.com/
Sumber:
Nama : Celpia Juniati
BalasHapusNim: 13443
Golongan/kelompok : B1/3
Nilai penyuluhan yang terdapat dalam artikel yaitu:
1.Nilai teknologi atau ide
Artikel ini mengenai teknologi baru yaitu budidaya tanaman dengan sistem vertikultur
2. Nilai sasaran
Sasaran artikel ini adalah petani atau masyarakat perkotaan yang memiliki lahan terbatas
3. Nilai manfaat
Dari artikel diatas dapat diketahui bahwa dengan melakukan budidaya dengan vertikultur memiliki estetika dan mampu meningkatkan pendapatan.
4.Nilai pendidikan
Budidaya sayuran di pekarangan,memiliki lahan sempit dengan vertikultur sangat baik dikembangkan pada masyarakat yang memiliki lahan sempit.
Nilai berita yang terkandung dalam artikel tersebut adalah:
a.Timelines.
Artikel tentang sistem vertikulutur merupakan sistem budidaya baru bagi masyarakat dengan lahan yang terbatas.
b. Proximty
Artikel bersifat dekat dengan masyarakat dan petani karena memberi solusi dalam pertanian di lahan terbatas.
c. Importance
Artikel bersifat penting karenaartikel mengandung informasi penting tentang sistem budidaya sayuran di lahan terbatas dengan teknik vertikultur.
d. Human interest
Artikel tersebut menarik untuk dibaca karena mengandung ide/teknologi baru tentang budidaya sayuran dengan vertikultur yang belum banyak orang mengetahuinya.
Artikel budidaya sayuran dengan vertikultur ini menggunakan bahasa yang baik dan memiliki nilai edukasi kepada pembacanya.