PLANET PETANI
Ini bukan dunia, tapi ini PLANET!!! Planetnya para petani. Membantu petani dan menyediakan kebutuhan petani. Inilah planetnya para petani Apa yang petani butuhkan, ada disini.
Rabu, 05 November 2014
VERTIKULTUR: Berkebun dan Berkreasi
Oleh: Irfanty Mufidah/13444
Pertanian
pada masyarakat perkotaan kini terkendala dengan lahan. Lahan di perkotaan
lebih diutamakan untuk dibangun perumahan-perumahan dan gedung kantor daripada
untuk lahan pertanian. Selain itu masyarakat Indonesia juga memiliki sistem
warisan untuk membagi sama rata lahan yang dimiliki sesuai jumlah anaknya. Hal ini
menyebabkan semakin menyempitnya luasan lahan untuk pertanian dari tahun-tahun.
Menyempitnya lahan khusunya pada masyarakat perkotaan menyebabkan berkurangnya
ketertarikan masyarakat perkotaan untuk mengenal budidaya tanaman.
Seiring
berkembangnya teknologi dan zaman, mulailah dikenal pola tanam keatas yaitu vertikultur.
Sesuai dengan asal katanya dari bahasa
Inggris, yaitu vertical dan culture, maka vertikultur
adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau
bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem
budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini
merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah dengan lahan
terbatas seperti pada lahan masyarakat perkotaan. Misalnya,
lahan 2 meter mungkin hanya bisa untuk
menanam 10 batang tanaman, dengan sistem vertikal
bisa untuk 40 batang tanaman.
Vertikultur
diserap dari bahasa Inggris yang berasal dari kata vertical dan culture yang
artinya, teknik budidaya tanaman secara vertikal diruang sempit dengan
memanfaatkan bidang sebagai tempat bercocok tanam, sehingga penanamannya
menggunakan sistem budidaya pertanian secara bertingkat baik indoor
maupun outdoor. Tujuan utama aplikasi teknik vertikultur adalah
memanfaatkan lahan sempit seoptimal mungkin.
sumber gambar: http://lirikpertaniandunia.blogspot.com/
Cara
menanam dengan vertikultur ini bisa dengan memanfaatkan barang-barang bekas
sebagai tempat tanamnya seperti botol bekas dan paralon. Untuk model dan bahan
dalam vertikultur ini bisa bebas sesuai dengan kreasi kita. Vertikultur sering
pula dijadikan sekaligus untuk menghias halaman pekarangan rumah karena bentuk
dan bahannya dapat dikreasikan. Persyaratan vertikultur
adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan. Tanaman yang akan
ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai
ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar pendek. Tanaman sayuran yang
sering dibudidayakan secara vertikultur antara lain selada, kangkung,
bayam, pakcoy, caisim, katuk, kemangi, tomat, pare, kacang panjang,
mentimun dan tanaman sayuran daun lainnya.
1. Pembuatan
Wadah Tanam Vertikultur
Pembuatan
wadah tanam vertikultur disini bisa bebas bermacam-macam sesuai dengan kreasi
kita. Contohnya dapat menggunakan botol bekas yang disusun vertikal pada sebuah
dinding. Botol bekas dipotong menjadi 2 bagian atas dan bawah kemudian
dihubungkan dengan tali antar masing-masng botol. kemudian digantungkan pada
sebuah dinding. Untuk jalan penyaluran airnya dibuat lubang pada bagian bawah agar
air tersebut nantinya akan menetes ke bagian bawah yang lain.
2. Pengadaan
Media Tanam
Media
tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk
menunjang perakaran. Dari media tanam inilah tanaman menyerap makanan
berupa unsur hara melalui akarnya. Media tanam yang digunakan bisa dengan
campuran antara tanah, pupuk kompos, dan sekam dengan
perbandingan 1:1:1. Setelah semua bahan
terkumpul, dilakukan pencampuran hingga merata.
Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk
mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman
dengan prinsip pertukaran kation. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam
tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan
menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman. Media tanam di dalam
bambu diusahakan agar tidak terlalu padat
supaya air mudah mengalir, juga supaya akar tanaman
tidak kesulitan “bernafas”, dan tidak terlalu renggang agar ada keleluasaan
dalam mempertahankan air dan menjaga kelembaban.
3. Persiapan
Bibit Tanaman dan Penanaman
Seperti
proses budidaya pada umumnya, sebelum dipindahkan ke lahan atau tempat tanamnya
dipersiapkan terlebih dahulu benihnya. Benih dapat disemai di tempat yang sudah
disediakan seperti nampan maupun box. Ketika tanaman sudah mencapai umur siap
dipindahkan, pada dasarnya ada tiga tahap dalam
proses ini, yaitu persemaian, pemindahan, dan
penanaman. Seperti halnya menanam, menyemaikan benih juga memerlukan wadah dan
media tanam. Wadah bisa apa saja sepanjang dapat diisi media tanam seperlunya
dan memiliki lubang di bagian bawah untuk
mengeluarkan kelebihan air. Ssetelah itu tanaman yang sudah
siap dipindahkan tersebut diletakkan satu persatu pada tempat yang telah dibuat
tadi. Semua bagian akar dari setiap bibit harus masuk ke dalam tanah.
4. Pemeliharaan
tanaman
Proses
selanjutnya pada vertikultur ini umumnya sama seperti proses budidaya tanaman
lain pada umumnya yaitu perawatan. Perawatan disini antara lain seperti
pemupukan dan pengendalian hama penyakit. Agar mendapatkan hasil yang optimal,
pupuk yang digunakan sebaiknya menggunakan pupuk organik misalnya pupuk kompos,
pupuk kandang, atau pupuk kobashi.
Limbah
dapur atau daun-daun kering bisa
dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk bokashi. Pupuk
bokashi adalah hasil fermentasi bahan
organik (jerami, sampah organik, pupuk kandang,
dan lain-lain) dengan teknologi EM
yang dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah
dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Bokashi
dapat dibuat dalam beberapa hari dan
bisa langsung digunakan sebagai pupuk.
Saat
ini masyarakat mulai banyak mempertimbangkan
mengkonsumsi hasil panen yang Iebih sehat
cara penanamannya, yaitu menggunakan pupuk dan
pengendalian hama alami, meskipun harga produk tersebut lebih mahal. Saran
untuk berkebun di rumah sebaiknya tidak menggunakan bahan
kimia. Ditekankan pula jangan menggunakan furadan
untuk membunuh hama yang ada di dalam tanah.
Penggunaan furadan bisa mengurangi tingkat kesuburan tanah dan juga
mencemari tanaman kurang lebih selama sebulan.
Jadi, sebaiknya untuk tanaman sayuran tidak perlu digunakan
furadan.
5. Pemanenan
Pemanenan
sayuran biasanya dilakukan dengan sistem
cabut akar (sawi, bayam, seledri, kemangi,
selada, kangkung dan sebagainya). Apabila
kita punya tanaman sendiri dan dikonsumsi sendiri akan lebih menghemat
apabila panen dilakukan dengan mengambil daunnya saja. Dengan cara
tersebut tanaman sayuran bisa bertahan lebih lama dan bisa panen
berulang-ulang.
Sumber gambar: http://mewalik-jaya.blogspot.com/
Sumber:
Selasa, 04 November 2014
Modernisasi Pertanian dengan Hidroponik
Oleh: Chailendriani Pradaneira Anwar/13390
Luas
lahan pertanian di Indonesia dari tahun ke tahun semakin berkurang. Hal tersebut dikarenakan meningkatnya populasi di Indonesia sehingga
banyak terjadi alih fungsi lahan pertanian di Indonesia menjadi pemukiman. Tak
hanya pemukiman, namun bidang industri pun membutuhkan lahan yang cukup besar. Hal
ini menyebabkan sektor pertanian Indonesia semakin
mengkhawatirkan. Selain berkurangnya luas lahan pertanian, hasil produksi pertanian
pun ikut menurun, tanah semakin berkurang, serta Indonesia justru semakin tergantung dengan
produk-produk pertanian impor. Keadaan ini krisis bagi Indonesia karena
angka natalitas (kelahiran) semakin tinggi, namun tidak diikuti kenaikan ketersediaan
pangan bagi masyarakatnya.
Salah
satu upaya dalam menghadapi keterpurukan bidang pertanian yang dihadapi
Indonesia adalah memodernisasi sistem pertaniannya. Contohnya adalah dengan sistem
Hidroponik. Hidroponik merupakan cara budidaya tanpa media tanah atau dapat
juga dikatakan bahwa hidroponik merupakan suatu sistem budidaya tanaman pada
media yang tidak menyediakan unsur hara, dan unsur hara esensial yang
diperlukan tanaman disediakan dalam bentuk larutan/ nutrisi. Penggunaan lahan
untuk melakukan hidroponik dapat berukuran besar maupun kecil menyesuaikan luas
lahan yang dimiliki. Hidroponik yang medianya tanpa tanah dapat mengurangi penggunaan
tanah yang keberadaannya semakin berkurang.
Seperti
halnya penanaman pada umumnya, hidroponik pun perlu adanya pembibitan. Caranya
adalah menggunakan media yang porus seperti arang sekam, pasir atau rockwool
atau media lainnya yang mudah didapat. Setelah itu benih dapat dimasukkan dalam
media dan disiram air setiap hari. Setelah 1 minggu mulai disiram dengan
nutrisi. Pada umur 2 minggu dilakukan penjarangan, dan pada umur 2-3 minggu
tanaman dapat dipindah ke alat hidroponik (tergantung tanamannnya).
1. Nutrient
Film Technique (NFT)
sumber gambar: hidroponikjogja.com |
Dalam sistem irigasi hidroponik NFT
(Nutrient Film Technique), air dialirkan ke deretan akar tanaman secara
dangkal. Akar tanaman berada di lapisan dangkal yang mengandung nutrisi sesuai
dengan kebutuhan tanaman. Perakaran dapat berkembang di dalam nutrisi dan
sebagian lainnya berkembang di atas permukaan larutan. Aliran air sangat
dangkal, jadi bagian atas perakaran berkembang di atas air yang meskipun lembab
tetap berada di udara. Di sekeliling perakaran itu terdapat larutan
nutrisi.
sumber gambar: hidroponikjogja.com |
2. Floating Sistem / Rakit apung
sumber gambar: http://paktanihydrofarm.blogspot.com/ |
Floating Hidroponic System (FHS)
merupakan suatu budidaya tanaman (khususnya sayuran) dengan cara menanamkan
/menancapkan tanaman pada lubang styrofoam yang mengapung diatas permukaaan
larutan nutrisi dalam suatu bak penampung atau kolam sehingga akar tanaman
terapung atau terendam dalam larutan nutrisi.
3. Ebb
and Flow/ Pasang Surut
sumber gambar: www.pelatihanhidroponik.blogspot.com |
Prinsip kerja alat ini yaitu tanaman
mendapatkan air, oksigen dan nutrisi melalui pompaan dari bak penampung yang
di pompa melewati media kemudian membasahi akar tanaman (pasang), kemudian
selang beberapa waktu air bersama nutrisi akan turun (surut) kembali melewati
media menuju bak penampungan. Waktu pasang dan surut dapat diatur
menggunakan timer sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut, jadi tanaman tidak
akan tergenang atau kekurangan air.
4. Verticulture/ Vertikultur
sumber gambar: pupuk-biofarm.blogspot.com |
Vertikultur merupakan budidaya
tanaman secara vertical dengan system bertingkat. Vertikultur sangat efektif pada
lahan yang sempit dan mengoptimalkan lahan sempit tersebut.
Berbagai cara di atas dapat diterapkan di Indonesia agar lebih mengoptimalkan lahan pertanian di Indonesia, meskipun hidroponik biaya awalnya lebih mahal namun dengan hidroponik dapat mengurangi penggunaan tanah yang semakin berkurang, dan mengoptimalkan lahan, terutama lahan sempit.
Sumber:
http://hidroponikjogja.com/nutrient-film-tehnique-nft/http://paktanihydrofarm.blogspot.com/2011/03/berkebun-hidroponik-mudah-dan.html
PANEN
AIR HUJAN
oleh : Ali Mustofa/13152
Air merupakan kebutuhan utama bagi kehidupan dibumi ini. Air dibutuhkan oleh kehidupan
makhluk hidup seperti kita, manusia, hewan, tumbuhan, dan makhluk hidup
lainnya. Ketersediaan air di bumi dapat bersumber dari air hujan maupun air
tanah (lengas tanah). Air tersebut menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan
makhluk hidup yang satu komponen makhluk hidup ada keterkaitan satu sama lain
yang mendukung jalannya siklus kehidupan di bumi ini. Air oleh tumbuhan
digunakan untuk pertumbuhannya, manusia menggunakan air untuk dikonsumsi dan
kebuthan lain, dan lain sebagainya.
Ketersediaan
air yang melimpah dapat menjaga ekosistem dan kehidupan makhluk hidup, namun
bila ketersediaan terbatas maka kehidupan makhluk akan terganggu. Kekeringan merupakan
kenampakan dari fenomena kurangnya ketersediaan air. Kekeringan menjadi masalah
bagi pertumbuhan tanaman dan manusia juga mengalami hambatan dalam melakukan
kegiatan serta mendapatkan tenaga melakukan kegiatan sehari-hari. Kekeringan
yang menjadi masalah bagi tanaman selanjutnya akan menjadi sumber hambatan lain
bagi manusia untuk mendapatkan energi karena sebagian besar manusia mendapatkan
energi dari tanaman. Salah satu solusi pegentasan masalah kekeringan adalah
panen air hujan dengan prinsip menampung air hujan yang didapatkan dari musim
hujan untuk kebutuhan ketika keadaat sulit air.
Seperti
namanya, panen air hujan merupakan sistem yang dilakukan untuk menampung air
hujan. Panen air hujan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara baik untuk tujuan
konsumsi maupun tujuan produksi pertanian. Panen hujan dapat dilakukan dengan
membuta rorak, saluran buntu, embung, bendungan kecil (cek dam) dan tangki air
hujan di rumah.
1. Rorak
Rorak merupakan lubang kecil dengan kedalaman 30-80 cm yang digunakan untuk
menampung sebagian aliran permukaan disekitar lahan pertanian. Rorak dibuat di
titik-titik tertentu di lahan dalam jumlah yang banyak, dijadikan penampung
dari aliran permukaan di lahan tersebut, sehingga rorak menjadi tempat serapan
air untuk ketersediaan air bagi tanaman.
Sumber gambar : akangguruku.blogspot.com |
2. Saluran Buntu
Saluran buntu merupakan modifikasi dari
saluran air yang seperti rorak ukuran panjang yang ada disawah yang dibuat
buntu agar air tidak lolos dari lahan dan terserap di lahan. Air ini dapat
dimanfaatkan oleh tanaman dilahan, namun perlu diingat bahwa air yang tergenang
di rorak maupun saluran buntu tidak boleh terlalu lama karena dapat mengganggu
pernapasan akar dan menjadi pemicu timbulnya penyakit pada tanaman.
sumber gambar : labsky2012b.blogspot.com |
3. Embung
Embung merupakan kolam penampung air hujan dan aliran permukaan. Embung dapat dibuat disekitar lahan maupun di daerah aliran sungai (DAS). Air yang ditampung dapat dimanfaatkan untuk penyiraman pada tanaman maupun keperluan rumah tangga serta minuman hewan ternak.
Embung merupakan kolam penampung air hujan dan aliran permukaan. Embung dapat dibuat disekitar lahan maupun di daerah aliran sungai (DAS). Air yang ditampung dapat dimanfaatkan untuk penyiraman pada tanaman maupun keperluan rumah tangga serta minuman hewan ternak.
sumber gambar : koperasi-alamindah.blogspot.com |
4. Cek Dam
Cek dam adalah
bendungan pada sungai kecil yang hanya dialiri air selama musim hujan,
sedangkan pada musim kemarau mengalami kekeringan. Aliran air dan sedimen dari
sungai kecil tersebut terkumpul di dalam cekdam, sehingga pada musim hujan
permukaan air menjadi lebih tinggi dan memudahkan pengalirannya ke lahan
pertanian di sekitarnya. Pada musim kemarau diharapkan masih ada genangan air untuk
tanaman, air minum ternak, dan berbagai keperluan lainnya.
sumber gambar : wahyuningtyas.blogdetik.com |
5. Tangki air hujan di rumah
Air hujan dari atap
rumah dapat ditampung di dalam bak atau tangki untuk dimanfaatkan selama musim
kemarau untuk mencuci, mandi, dan menyiram tanaman. Untuk minum sebaiknya
digunakan air dari mata air karena pada awal musim hujan, air hujan mengandung
debu yang cukup tinggi.
Sumber gambar : jurnal-ryeska.blogspot.com |
Berbagai cara
diatas dapat dilakukan untuk mendukung berlangsungnya kehidupan tanaman dan
pada umumnya bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini.
Sumber :
Langganan:
Postingan (Atom)